Bermula
dari ke iri hatian saya terhadap para anak bule. Kenapa ya anak-anak mereka
begitu lugas dan “langsung” ketika diminta untuk mengungkapkan pendapat ataupun
bercerita. Saya mulai browsing-browsing cara apa yang bisa meningkatkan
kemampuan siswa bercerita, atau dalam hal ini yang berhubungan dengan materi
saya, kisah sahabat nabi. Skill yang ingin didapat yaitu bagaimana mereka mampu
untuk menceritakan kembali kisah yang sudah diceritakan dalam bentuk yang
terstruktur rapi, teratur dan runut. Mantap kan. Nah cara dicari dapatlah
metode ini, yaitu story mapping. Saya mulai melakukan penelitian tindakan kelas
dengan judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Kembali Kisah
Islami Dalam Bentuk Tulisan Melalui Metode Story Mapping Siswa Kelas 2D SDIT
Nurul Fikri Th 2010/2011”.
Penelitian ini saya lakukan tahun lalu, dan
hasilnya subhanallah, kemampuan mereka menuliskan kembali kisahnya berdasarkan
story mapping yang mereka buat, meningkat 100%.
Ini point-point yang harus ada dalam story map
kali ini.
Tahun ini saya terapkan lagi, tentunya sudah
berbeda angkatan. Apakah mereka bisa?, banyak dari teman saya yang mengatakan,
Apa bisa kelas dua diajarkan seperti ini? Kalau menurut saya malah sedini
mingkin, kalau bisa dari tingkat Taman Kanak-kanak, tentunya dengan cerita yang
lebih sederhana.
Oke. Berbekal pengalaman tahun lalu, saya
beranikan diri menggulirkan metode ini kembali. Dalam 4 kali pertemuan sehingga
terlihat dan terukur perkembangannya.
Pertemuan pertama saya kenalkan dulu metode story
mapping dijelaskan bahwa ada cara
baru untuk membantu daya ingat siswa
dalam menceritakan kembali.Sebelumnya siswa terbiasa mendengarkan lalu diminta
untuk menuliskannya kembali.
Saya mulai bercerita, setiap satu plot cerita saya
berhenti, kutanyakan pada anak-anak. Apa yang tadi bu guru ceritakan? Tentang
apa?. Mereka mulai menjawab satu per satu dengan kalimat yang pendek, tentu
saja itu yang kumau. Kalimat pendek yang mewakili cerita tersebut, kalau kita
bilang point-point cerita tersebut.Saya minta mereka menuliskannya pada kolom
bagian 1 di Lembar kerjanya , nih bentuk LKSnya
Bagian 1 selesai, lanjut ke bagian dulu, saya
tanya kembali tentang apa? Dll, mereka mulai menjawabnya. Saya bagian
mengumpulkan jawaban dan memilahnya untuk kutulis di papan tulis sesuai dengan
bagiannya. Terus sampai bagian 3 berakhir. Ada siswa yang menemukan AHAnya. Bu
itu bersambung ya? Itu terusannya ya bu? Pertanyaan-pertanyaan seperti ini yang
kutunggu-tunggu. Benar, merka dapat menemukan sendiri bahwa bagian-bagian
tersebut adalah berkesinambungan satu sama lain, dan saya tekankan dengan
menamainya JALAN CERITA.
Untuk bagian tokoh dan settingnya. Ini adalah
hal termudahnya. Kami mereview bersama-sama, untuk menemukan tokoh-tokoh dan
setting (tempat dan waktu) yang terdapat pada kisah tersebut. Anak-anak mudah
melakukannya.
Nah udah selesai sekarang bagian pembuktian,
benar gak tuh metode ini mampu membantu anak menceritakan kembali secara
terstruktur. Pukul 09.00 – 10.00 saya berikan penjelasan yang di atas tadi,
lalu kami mengisi bersama.
Jeda 3 jam, ketika pukul 13.00, anak-anak
mulai menceritakan kembali dalam bentuk tulisan dengan memegang story mapping
yang sudah kami isi bersama. Tiap ada anak yang bertanya, “Apa lagi bu?
“setelah ini apa ya Bu?, saya selalu menjawabnya dengan “Lihat story mapnya” Mereka
berhenti bertanya, lalu mulai menulis kembali. Saya ingat sekali, sebelum
menggunakan metode ini, ketika mereka mencoba menceritakan kembali dalam bentuk
tulisan, dan ternyata ada yang lupa, saya selalu mengulang bagian cerita yang
mereka lupa. Bayangkan kalau 10 anak, saya harus menceritakan kembali lagi, wah
bisa minum 2 galon deh. Pastinya metode ini sangat membantu guru, mengirit
suara dalam menjelaskan.
Hasilnya, pertemuan pertama lumayan lah, ada
11 siswa mencapai -/+ 100 kata, dengan tingkat akurasi 80% , pertemuan
berikutnya -+ 12 siswa mencapai 150 kata dan 3 orang mencapai 200 kata, dengan
tingkat ketepatan (terstrukturnya 80%) tetap.
Yaa lumayanlah, tapi kalau pelajaran kali ini,
siswa kurang menyukai, karena rata-rata siswa-siswiku, kurang menyukai menulis.
Ketika mulai disuruh menuliskan kembali, jawabannya kompak
“Yaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa “ sambil cemberut.
He…..he……….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar