Minggu, 04 Mei 2014

Wahai damai..Peganglah Tanganku




Beberapa hari yang lalu, saya sedang terheran-heran melihat seseorang yang dengan keras kepalanya menuntut, menekan, memaksa, menyalahkan orang lain, mengecilkan orang lain, meremehkan , mencerca dan bahkan tidak memberi kesempatan orang lain untuk bicara.Sehingga membuat seisi ruangan terperangah, takjub akan kelakuannya yang membuat kesal hampir seluruh isi ruangan..dan anehnya, ia sama sekali tak merasa telah membuat semua orang tak nyaman. Seperti gunung es meletus, ia meledak tiba-tiba dan serpihannya mencabik orang di sekitarnya. Oh my God, dia seorang ikhwah yang notabene sudah kenyang dengan materi materi tarbiyah. Bagaimana mungkin dia tidak bisa dibuat mengerti akan suatu keadaan atau situasi.

Tiba-tiba ada satu kata terlintas...”Damai”... 

Pasti banyak orang yang merindukan suasana damai, baik di lingkungan keluarga, pergaulan maupun dalam lingkup terbesar, yaitu negara. Tapi seringkali kita menyerahkan terjadinya perdamaian pada itikad baik orang lain, tanpa kita mau memulainya duluan.

Padahal inti dari terciptanya perdamaian itu dimulai dari kemampuan kita berdamai dengan diri sendiri. Artinya? Kita tidak lagi disibukkan oleh pertanyaan-pertanyaan menyangkut diri sendiri. Misalnya tentang saya seperti apa, bagaimana orang memandang saya, dsbnya. Tapi bukan berarti kita cuek atas pendapat orang lain atau tidak peduli pada diri sendiri, melainkan hal-hal itu sudah lama kita proses dan kita temukan jawabannya.

Untuk bisa berdamai dengan diri sendiri memang tak mudah. Harus banyak sisi positif dari diri kita yang dimunculkan dan kita yakini. Sisi negatif dari diri kita harus selalu diupayakan untuk mengubahnya, minimal menguranginya. Butuh kemampuan untuk menerima kenyataan, akan hal yang tidak bisa didapatkannya. 
Seorang anak kecil ketika menginginkan mainan bersikeras mengatakan
 “Pokoknya aku mau itu!, harus beli!”. 
Orang mungkin akan maklum karena ia masih anak-anak, tapi kalau orang dewasa seperti itu, tentu tidak sama.
 
Apakah tokoh pada cerita diawal, termasuk orang yang tidak bisa berdamai dengan diri sendiri?

Berikut ciri-ciri orang yang tidak bisa berdamai dengan
dirinya sendiri:

1.       I am OK, You are not OK
Mereka orang yang menganggap dirinya paling hebat, paling sempurna, berhak lebih dibanding orang disekitarnya, menuntut dirinya harus benar dan dibenarkan orang lain.
Contohnya : “ Aah, kalau bukan saya, siapa lagi yang bisa”, “Semalas-malasnya saya, masih lebih baik dari yang lain”

2.       I am not OK,  you are OK
Mereka yang selalu menganggap negatif dirinya, merasa kurang mampu, kurang beruntung, dikucilkan, diremehkan, pokoknya merasa serba kurang.Inferior.
Contohnya : “ Siapa sih saya, saya bukan siapa-siapa”, “Apalah saya, hanya orang miskin yang bodoh, kalau kamu kan kaya, pinter lagi”

3.       I am not OK, You are not Ok
Mereka yang menganggap pedamaian tidak akan pernah ada, semua orang kurang, semua orang salah, sama buruknya, sama jeleknya. Kategori ini adalah yang terparah. Mereka cenderung desdrruktif.
Contohnya: “Saya memang tukang bolos, tapi siapa sih yang tidak pernah bolos”,             “Saya memang sering telat, tapi siapa sih yang gak pernah telat”, “Kaya kamu bersih aja, negor-negor perbuatan saya”.

Well, teman saya pernah bilang selama tubuh ini masih berupa daging dan darah maka akan selalu ada konflik, karena manusia punya emosi. Ya betul juga sih, tapi apakah kita mau berurusan dengan konflik setiap saat? Tentunya tidak kan?!.
Dalam hidup ini situasi cepat sekali berubah, atau kadang segala sesuatunya berjalan terlalu lamban. Terkadang kita ada pada situasi yang membuat kita bingung, bimbang atau ketakutan.

Namun kita diharapkan mampu menghadapi keadaan dengan tenang, tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal negatif, berita, gosip ataupun perasaan orang lain. Kita perlu berpikir jernih tanpa dipengaruhi oleh prasangka buruk (su’udzon) ataupun kekhawatiran akan diri sendiri.Oleh karenanya situasi perasaan orang lain tidak mudah mencemari diri kita.Inilah yang disebut perasaan damai. Perasaan dengan kategori I am OK, you are OK.

Tidak mudah memang, apalagi ketika kita harus menerima kenyataan bahwa kita memiliki kelemahan yang sulit sekali untuk diubah. Sementara kita harus menerima bahwa orang lain punya kelebihan yang tidak kita miliki.

Tapi sesulit apapun, kita harus mencoba.
Orang yang bisa berdamai dengan dirinya sendiri, biasanya akan lebih mudah mengutarakan pendapatnya, lebih tenang menghadapi kritik, lebih bebas mengekspresikan diri, serta mampu memberikan masukan dan saran kepada orang lain.

Jadi, ayo kita coba menciptakan perdamaian, lingkungan yang harmonis secara sosial.
Lingkungan seperti kaum Muhajirin dan Anshor. Saling mengerti, saling menyayangi dan mencinta karena Allah.
Lingkungan Nurul Fikri yang dipenuhi oleh orang-orang yang selalu berpikir positif dan saling belajar.
Bismillahirrohmanirrohiim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar