Minggu, 08 Desember 2013

MAKNA MASJID DALAM KEHIDUPAN

 “Mi, aku jadi inget, aku pernah browsing di sekolah, ada mesjid namanya aneh banget mi” Azzam memecah keheningan di tengah perjalanan kami menuju Bumiayu
“Memang apa namanya?” ujarku
“Namanya itu apa yaa..aku sudah makan atau aku mau makan apa gituu..” katanya sambil mengernyitkan dahi
“Iya ya, aneh. Coba kita browsing !” Maryam segera menggaet tab yang ada di tasku dan
“tulis apa mi?”
Ketik “mesjid aneh”.
Nah didapatlah nama mesjid Shanke yadem (anggap saja saya sudah makan). 
Kalau di Indonesia, nama mesjid kaya gitu di terima gak ya? hahaha..nama yang aneh untuk sebuah mesjid. Tapi ...Pastinya ada cerita di balik nama tersebut.
Mesjid ini berada di Turki, nah kalau mau ke Turki jangan cuma lihat Blue Mosque aja, tapi coba cari Mesjid Shanke yadem ini.
Tepatnya di pinggiran kota Istanbul, Al Fateh. Konon katanya ada seorang faqir yang bernama Khoiruddin Affandi ingin sekali membuat mesjid di kampungnya, setiap hari selepas bekerja, ia mendapatkan upah yang tidak seberapa. Upah tersebut tentunya untuk kebutuhan hidupnya terutama makan, nah kadang-kadang kita kan ingin makan enak tuh, pergi ke resto padang atau ingin coba steak dan semacamnya. Begitupun dengan si Khoiruddin ini, yang membedakan adalah ketika ia berkeinginan untuk makan makanan seperti itu, ia hanya membeli makanan sesuai kebutuhan perutnya saja sambil membayangkan makanan yang nikmat tadi. Sisa uangnya dimasukkannya ke tromol dan ia mengatakan pada dirinya sendiri ‘ahh, anggap saja saya sudah makan.
Begitu seterusnya, sampai pada akhirnya uangnya dirasa cukup untuk membangun masjid. Khoirudin mengemukakan niatnya, pada acara pertemuan warga desa, terbayang reaksi para tetangga, mereka terkejut bukan main. Khoirudin si faqir yang wara’ bisa mempunyai uang banyak untuk tujuan mulia tersebut. Kalau anda jadi tetangganya pasti ingin tahu, bagaimana caranya ia bisa mempunyai uang sebanyak itu?. 
Khoiruddin menceritakan pengalamannya dalam mengumpulkan uang tersebut, masyarakat tersenyum senyum saling memandang, juga bercampur haru. Ada yang nyeletuk bagaimana jika kita namakan mesjid ini Shanke Yadem (anggap saja sudah makan), mereka tertawa tergelak. Kemudian disepakatilah nama mesjid itu Shanke Yadem. Masyarakat sekitar bahu membahu membangun mesjid, sedangkan yang mendanai bahan-bahan bangunannya adalah tromol khoiruddin.
yang luar biasa adalah azzamnya, keinginannya yang kuat untuk membangun rumah Allah, walaupun dengan segala keterbatasannya, yang dalam bayangan tak mungkin ia dapat membangun mesjid. Ia adalah seorang yang miskin, tapi keinginannya tersebut bisa mendobrak segala kemustahilan, doa yang kuat dan ikhtiar tiada henti, serta harapan yang tiada putus.
Saya jadi teringat kisah khoiruddin yang lain.