Sewaktu saya berusia 5 tahun, Bapak dan Ibu bercerai karena Bapak menikah lagi. Saya dan ketiga kakak saya ikut ibu semua. Padahal ibu tidak mempunyai penghasilan dan harus membiayai sekolah kami semua. Alhamdulillah kakak yang pertama mendapatkan beasiswa di perguruan tinggi. Kakakku yang kedua berusaha mengajar sana-sini demi membiayai kuliahnya di UI, sedangkan aku dan kakakku yang ketiga masih sekolah.
Bapak tidak lagi memberi nafkah.
Demi membiayai kehidupan kami, ibu melamar menjadi sales buku. Beliau diterima,
rumah demi rumah diketuknya. Terkadang diusir, pernah pula dikejar anjing.
Panas terik beliau jalani tanpa mengeluh, sesekali ia berhenti di mesjid untuk
sholat atau sekedar menenangkan diri dan berdoa.
Satu kali kakakku yang kedua, mas
Is berada di rumah terus, sampai ibu bertanya mengapa ia tidak kuliah. Setelah
didesak mas Is mengatakan bahwa ia harus membayar kuliah, kalau tidak akan DO.
Saat itu, seperti jatuh tertimpa tangga, ada
pemberitahuan bahwa rumah kami akan disita. Kami harus keluar esok harinya. Kehidupan
makin sulit dari sebelumnya. Tapi ibu tidak tinggal diam.
Aku tidak tahu bagaimana
prosesnya, tapi saat shubuh tiba. Ibu datang dengan sebuah truk kecil, meminta
kami untuk membawa barang-barang untuk pindah.
Siangnya beliau minta ditemani
mas ku untuk menemui dekannya. Menurut cerita Mas Is, Ibu meminta tambahan
waktu dua hari lagi untuk melunasi SPP mas Is, jika dalam waktu dua hari belum
dibayar, maka ibuku rela Mas Is dikeluarkan. Saat itu mas Is terbelalak kaget,
apa bisa? Uang yang ia kumpulkan masih kurang banyak untuk memenuhi iuran
tersebut. Bagaimana ibu bisa memenuhinya dalam waktu dua hari?
Waktu berselang akhirnya ibuku
bisa membayarnya, malam hari ia membuat kacang goreng untuk dititipkannya di
warung-warung, esoknya ia berkeliling lagi menjual buku-buku tersebut. Begitu
seterusnya, hingga kulihat ia bahkan tak punya waktu bagi dirinya untuk sekedar
menyelonjorkan kaki.
Masku yang kedua, mas Oji. Pernah
satu kali ia mendapat nilai merah di rapornya, dengan geram ibuku memarahinya
lalu mendatangi kelasnya. Menurut cerita Mas Oji, Ibu berteriak didepan
kelasnya dan meminta diberitahu siapa juara kelas di situ. Ada satu anak maju
ke depan, lalu ibu melobinya untuk mau menginap di rumah agar mengajarkan Mas
Oji sampai bisa. Hahaha kebayang seperti apa malunya mas Oji. Sejak kejadian
itu, Mas Oji tidak pernah mendapat nilai merah, bahkan nilainya melejit dari
sebelumnya.
Walaupun kami hidup pas-pasan,
ibuku selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Aku ingat, Ibuku
selalu membelikan aku kue ulang tahun. Setiap usiaku bertambah, bahkan sampai
sekarang.
Di tengah segala derita dan
keputus asaanku akan hidup, ibu meluruskan punggungku. Membantu kakiku menegak
hingga lututku enggan menyentuh tanah. Membuatku kuat
Ibu menghapus air mataku dengan
tatapannya, mengobati hatiku dengan doanya, menguatkan diriku dengan kasih yang
diperlihatkannya pada anak-anakku.
Wajah itu, wajah yang kian pudar
dari kecantikan. Tak henti-hentinya memotivasiku untuk tidak lemah, untuk tidak
jatuh. Aku berhasil bangkit karena permohonannya pada Allah. Semua bayangan masa
kecilku tentang kerja keras ibuku seperti de
ja vu melintas di hadapanku, seperti strip film bersambung yang
berkelebatan kian kemari, hanya saja berganti latar, ruang dan waktu. Pemainnya
sama, tetap aku dan ibuku, hanya kini….. aku membesar.
Kebutuhan hidup yang dulu ibu
usahakan mati-matian untuk kami, aku mengalaminya, Menjadi transcript writer
dari jam 9 malam bisa sampai jam 3 pagi tergantung order. Jam 7 pagi berangkat
mengajar sampai jam 5 sore setelah itu mengisi privat. Begitu seterusnya.
Alhamdulillah, kehidupanku jauh
lebih baik sekarang, sehingga tidak perlu bekerja sekeras dulu.
Sekarang aku tahu mengapa ibu
menjadi begitu kuat dan gigih memperjuangkan kami semua. Aku merasakannya. Itu
karena CINTA.
Betapa cinta yang besar pada
kedua anakku membuatku mampu bekerja melampaui batas.
Betapa cinta yang ibu berikan
pada kami begitu besar, pengorbanan demi pengorbanan beliau lakukan. Ibu bahkan
tak pernah membeli barang yang ia inginkan walaupun bisa. Ia lebih memilih
kami. Aku teringat, ibu pulang membawa dua potong tempe. Kami makan, tapi aku mau
lagi tempenya, lalu ibu memberikan tempenya padaku, dan ia hanya memakan nasi
dan garam… Ahh seandainya saat itu aku mengerti.
Teringat kisah Ibunda Aisyah r.a.
Aisyah r.a memberikan tiga kurma
kepada ibu dengan dua anaknya, ibu itu memberikan anaknya masing-masing satu
kurma dan ibu memakan yang sebutir,tak lama kemudian sang anak melihat kepada
ibunya memohon kurma itu lagi, lalu sang ibu membelah kurmanya menjadi dua dan
memberikannya kepada kedua anaknya. Aisyah r.a menceritakan hal ini pada Rasulullah.
Rasulullah bersabda
“Lalu apakah yang mengherankanmu
dari kejadian ini? Sungguh Allah telah merahmatinya, dengan rasa kasih
sayangnya kepada kedua anaknya” (HR Bukhori)
Wujud nyata cinta sejati pada
makhluk, adalah cinta seorang ibu kepada anaknya. Itulah cinta ibuku padaku,
pada anak-anaknya, pada anak dari anak-anaknya.
Cinta itu sejatinya bukan hanya
kasih sayang, Cinta adalah kegigihan, kerja keras, pengorbanan, keikhlasan,
tanpa tanda jasa, kesungguhan, kemurnian.
Apa kau tahu apa itu CINTA?
CINTA itu adalah IBU
"Blogpost ini diikutsertakan dalam Lomba Blog CIMONERS” dan jangan lupa banner lomba yang ditautkan ke link postingan ini.
jadi inget ibuku yang sudah meninggal :( hehe
BalasHapusSemoga dibahagiakan di surga ya mbaa.
HapusSemoga ibunda dan anandanya di rahmati Allah selalu diberikan kesehatan dan kebahagiaan dunia akhirat..aamiin..sedih bgt bacanya jadi inget jiddah..
BalasHapusAamiin giiii.....pelukkk
HapusReni.....ga kuat bacanya,doaku buat ibu ya.Alhamdulillah ibu masih ada ya,kalau aku belum sempat membahagiakan ibu....
BalasHapusJadi anak yang sholehah yun, cuma itu yang bisa membahagiakan orang tua kan... Tapi susah yaaa....wkwkwkwkk.
BalasHapusIktiar terus. aku juga . Lop u
Terima kasih partisipasinya di GA kami.. :)
BalasHapusSama-sama mbaa,jadi terungkap Deh ;)
Hapustegar sekali sosok ibunya. Salam untuk beliau, ya :)
BalasHapusInsya Allah Mba,sy sampaikan
BalasHapusmbrebes mili ya bacanya :(
BalasHapus