Rabu, 27 Juni 2012

Bounch of Words


Jadi Newbie lawan Maven di scrabble games, aku ambil posisi students. “You lost” gambar kotak cartoon punya tangan, mata dan kaki layaknya manusia sedang tersenyum merayakan kemenangan dan menyindirku dengan senyuman sinisnya. Ah sebel, kalah terus. Main scrabble lawan computer kalah terus, pernah menang sekali-kalinya seumur hidup. Bagiku itu pencapaian yang luar biasa. He..he.. soalnya di rumah belum pernah ada yang ngalahin Maven.
Kayanya menyenangkan juga bermain scrabble di kelas, ini permainan yang paling kusuka sejak kecil. Aku sering memainkannya dengan mas Oji (my bro).and never win. Ha..ha..
Paling gampang sih beli scrabblenya langsung di pasar Gembrong atau Esemka (alternative belanja murah bagi para guru), tapi kapan aku pergi ke Kota nya, gak ada waktu. And anggaran media pembelajaran juga pas-pasan. Bikin sendiri aja deh, gampang. Ya gak?
1. Buat huruf dar A-Z. Ketik aja lah di computer terus copy paste, cepat kan oia jangan lupa di shapes
2. Perbanyak huruf vokalnya, misal buat huruf a, i, u, e, o 20 buah, konsonannya sekitar 10-15 buah, tapi untuk konsonan yang agak sulit buat 5 buah aja.
3. Print, laminating and potong-potong deh. Untuk papannya gak usahlah. Yang penting ada bidang datar dibawahnya juga udah oke, untuk mulai main.
Nih hasilnya.

 Untuk di kelas, materinya akhlak terpuji. Jadi aku minta anak-anak untuk membuat rangkaian kata dari huruf-huruf yang disediakan sebanyak-banyaknya. Kata tersebut harus berhubungan dengan akhlak. Seru banget, Siinngg tiba-tiba kelasku sepi. Biasanyakan banyak orator di kelas, jadi kebayang gak berisiknya.
Serius-serius banget bikinnya kaya ngerjain soal ujian. Dipikir-pikir bisa jadi cikal bakal TTS nih. Aku foto-fotoin hasil karya mereka, siapa tahu hasil kerja salah satu dari mereka atau salah banyak dari mereka bisa membantuku dalam pembuatan soal. Lumayan.
Yang pasti, mereka senaangg. Dengan jidat yang berkerut-kerut, pipi kembang kempis, bibir yang menyan menyon dan posisi duduk yang berubah-ubah sesuai selera. Ok students, waktunya habis!
Yaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa, gak mau! 80% dari siswa belum mau menyerah

Minggu, 03 Juni 2012

Abu Bakar Ash Shiddiq in Story Cube


Setiap mau buat pembelajaran untuk pertemuan berikutnya, cukup memeras otak. Sebenarnya mudah saja kalau saya hanya memindahkan materi dari buku, lalu membuat LKS, tapi saya  inginnya bagaimana caranya supaya  ada sesuatu yang membuat siswa tertarik ketika belajar hal tersebut.
 Pikir punya pikir, iseng-iseng lihat-lihat bukunya bu Nuha di rak yang selalu tertata rapi dan bersih, kayanya kalau ada yang letaknya pindah Bu Nuha bakalan tahu deh, secara dia rapi banget gitchu loh, Nah kalau saya?!. Meja berantakan terus, katanya sih ciri-ciri seniman emang gemar yang namanya ketidakteraturan alias berantakan. He..he.. (jangan ditiru-off the record) Oiya balik lagi ke rak Bu Nuha. Saya menemukan sebuah buku menarik, judulnya 100+ ideas for children, Jackie Holderness and Annie Hughes Penerbitnya McMillan, 1998  tapi boleh dong, nyuri-nyuri ide, tip intip dikit metode-metodenya atau kit-nya. Nah dapat nih, pas bagian Cube story. Treeng, langsung ada lampu nih di kepala. Gimana kalau Materi Assabiqunal Awalun kisah Abu Bakar Ash Shiddiq saya bikin jadi kubus, masing-masing sisinya menampilkan plot cerita dari kisah Abu Bakar tersebut. Good, dapat idenya. Mulai deh
1. Browsing kisah Abu Bakar Ash Shiddiq, cari-cari buku-bukunya (pengetahuan dasar  sudah ada, masa iya umur segini gak tahu kisah Abu Bakar)
2. Saya buat ceritanya sedemikian rupa supaya jadi satu lembar tapi padat materi (untuk 2nd grade gitu loh, banyak-banyak nanti pusingL
3. Mulai cari-cari komik Abu Bakar di perpus, dapat dari penerbit Rumah Pensil, Syamil, Adz Dzikr. Saya compare, cari yang paling keren tentunya(gambarnya)
4. Buat 6 gambar yang harus mewakili cerita, di kertas HVS saja, terus kita warnai.  Keren lagi kalau ada G-pen kita gambar disitu, print warna deh. Wuihh mantap,Tapi berhubung dana terbatas tapi pikiran harus di luar batas jadi sebisa mungkin buat media murah namun memikat hati
5. Oke lanjut, buat pola bangun kubusnya dari kertas duplek, ukurannya lumayan besar. Saya buat 20 cm masing-masing rusuknya. Soalnya untuk dilempar-lempar, kalau kecil gak seru donk.
6. Gambar sudah jadi, kubus sudah jadi tinggal tempel jadi deh. Oia, sebelumnya saya lapisin dulu gambar yang sudah diwarnai crayon dengan cat acrylic transparent Rp. 28.000an beli di Gramedia, tapi menurut saya sih mahal, kalau ada referensi yang lebih murah lagi boleh tuh. Kenapa harus dilapisi? Supaya gak bleberan, crayon kan kalau kena tangan jadi kotor  tangannya, and supaya warnanya tetap mengkilat, kinclong.
Dah Jadi deh, Mau lihat? Nih dia
Nah pas pembelajarannya, saya umpetin dulu tuh kubus cerita dibalik jilbab indahku. Anak-anak bertanya-tanya, Apa tuh bu? Jadi di awal kita main tebak-tebakkan. Itu murid-murid kenapa nebaknya aneh-aneh ya? dari mulai perlengkapan kelas, perlengkapan mandi, perlengkapan dapur sampai alat bangunan disebutin. Ihh gak nyambung deh, dah tahu guru PAI, pasti yang berhubungan dengan PAI kan, tul gak? (ingat bu guru jangan membatasi pikiran anak, berpikir out of the box kan boleh-boleh aja)
Akhirnya saya mulai dengan suara menggelegar kisah Abu Bakar sambil memegang media dan memperlihatkan sisi ceritanya satu per satu. I’m glad, kids so enthusiastic. Senang melihat mata mereka yang berbinar-binar menanti kelanjutan ceritanya.
Selesai bercerita kami membentuk lingkaran, saya memberi aturan main. Siapa yang mendapatkan kubusnya maka ia harus menceritakan gambar pada bagian kubus yang menghadap ke atas. Everybody agree? Yesssssss I’m agree, jawab mereka serentak. Saya menutup mata, dan melemparkan kubusnya tak tentu arah, mereka berebutan mengambilnya, sudah gak sabaran ingin menumpahkan cerita. Bahkan si Afdzal salah satu muridku yang cenderung pendiampun tak luput dari rebutan kubus. Kubus itu jatuh pada Rifki, rajanya bercerita di kelas. Dia kebagian gambar Abu Bakar dan Umar sedang mengumpulkan pelepah kurma untuk dijadikan alas menulis ayat-ayat Qur’an. Kisah tersebut meluncur deras dari mulut Rifki. “Perang Riddah membuat banyak penghafal Qur’an mati syahid, karenanya Umar bin Khattab mengusulkan untuk mengumpulkan kembali ayat-ayat qur’an yang ada pada para penghafal Qur’an dengan cara menuliskannya di pelepah kurma, tulang ataupun daun lontar. Jadi pada Masa Abu Bakarlah ada usulan agar ayat-ayat Al Qur’an dikumpulkan” ucapnya lancar
Oke point for boys, beranjak dari tempatku duduk, menggambar bintang indah untuk anak putra di papan tulis.
Lanjut……begitu selanjutnya, anak-anak begitu antusias bermain lempar kubus. Wah mudah-mudahan mereka gak cuma saat ini saja bisa menceritakan kembali kisah Abu Bakar ya, tapi besok-besok masih inget. Mau coba kawan? Jika bertemu siswa-siswi SDIT NF kelas 2D  Tanya aja, kalau mereka bisa, berarti ngajarku sukses. Cihuyy. Yang utama adalah mereka having fun and enjoying their study.

Sabtu, 02 Juni 2012

Asmaul Husna's Roulette


Lagi asyik nyetrika, sambil tebakan iklan TV sama buah hatiku tercinta, kurang satu (pasangan hidup, he..he.. cariin donk).Mataku tertuju pada iklan Citra beauty lotion, tentunya bukan produknya, juga bukan perempuan mulusnya, tapi benda yang dimainkan oleh guru dan anak muridnya pada iklan tersebut. Eh Why not? Treengg ada bohlam di kepala. Boleh juga nih kubuat untuk media pembelajaran minggu depan. Segera beranjak dari tempat setrikaan menuju notes kantong. “Ummi.. kalaahh” Azzam menyeringai gembira. “Ya kali ini umi kalah, tunggu pembalasanku nanti” suaraku mirip perompak,anak-anakku tertawa melihat mimic mukaku yang aneh sedikit lucu.
Ku ambil notes kantong, mulai nulis. Mmm apa namanya ya? Gimana kalau Wheel of Asmaul Husna atau Roulette? Kedengerannya islamian yang pertama ya, kalau yang kedua, bau-bau Las Vegas gitchu. Oke apa aja yang diperlukan ya?
“Ummii..” Maryam berteriak memanggilku. “Ya. O ia setrikaan, lupa matiin, duh berapa sih umurnya dah pikun euy! Segera berlari ke living room sambil bawa notes kantong.
Apa tadi ya?
Oke, triplek,kertas asturo atau origami juga bisa, cat kayu and lakban bening
1. Karena materi minggu depan udah tinggal pengayaan, aku kumpulin materi-materi dari sebelum-sebelumnya yang akan dijadikan bahan ujian.
2. Buat pertanyaan-pertanyaan, tapi di dalam shapes(tu loh yang ada di Microsoft word bagian insert) ya, soalnyakan mau dimasukkan ke amplop
3. Pesan triplek. Pas mau ngajuin anggaran ke kepsek, wah hampir semuanya dicoret(gak boleh beli maksudnya) pakai yang ada.”Triplek ada, ambil di belakang, asturo minta tuh di TU, lakban dll ada semua” ujarnya sambil mengembalikan kertas anggaranku. “triplek di belakang? Belakang mana, belakang rumahku? Garuk-garuk kepala, kenapa tadi gak langsung nanya ya? . Pak Hendri tau triplek gak?” Tanya ku ke bendahara sekolah yang saat itu sudah siap mengeluarkan uang tapi masuk lagi ke laci sakralnya. “ Pak Bajuri kali!” jawabnya. “Oke! Segera kucari Pak Bajuri spesialisasi kerumahtanggaan, maksudnya peralatan-peralatan gitu bukan konsultan rumah tangga J.
Ah ketemu juga. “Assalammu’alaikum pak. Pak Cleaning service bisa dimintain tolong motongin triplek gak?”. “Bisa bu, perlu berapa triplek?” ucapnya mantap. Kami berbicara sambil berjalan menuju lokasi triplek. Triplek bekas banyak sekali teronggok manis di bawah tangga dekat kelas 1 yang menuju kelas 3. Wah sayang banget, kalau dijual lumayan nih (gak bisa lihat barang nganggur, bawaannya pengen di embat aje). Untung ngomongnya dalam hati, dalaamm banget. He..he..
Kira –kira untuk 12 buah bisa pak?
Bisa, berapa ukurannya?
Diameternya kira-kira 20 cm, lingkaran pak
Yaahh kalau lingkaran mah susah bu, ke matrial aja bu. Bayar gitu ongkosnya berapa
Ooo gitu ya pak, oke deh. Bisa minta tolong bawain ke matrial gak pak? (memelas .com)
Ibu aja deh” katanya tegas. Wah kayanya udah titik tuh gak pake koma, gimana caranya triplek segede gitu aku bawa ke matrial, kalau punya mobil mending. Nah ini motor butut, kagak bisa d stater otomatis lagi, musti di engkel/sela, yang bikin seluruh tubuh bagian kanan pada pegel-pegel linu habis.
Gak solusi deh kalau ngeluh terus. O iya sama Ghina deh berdua. Tapi tetap aja tuh triplek kegedean, nah kita imut-imut (amit-amit kali). Ah udah deh, ke kelas dulu, dhuha. Moga dapat pencerahan.
“Assalammu’alaikum” terdengar suara dari luar pintu kelas
“Ren, itu” Bu endah memberi tanda untuk segera ke pintu
Aku bersegera ke pintu, eh Pak Eko, CS yang sudah membawa triplek yang sudah dipotong-potong dengan ukuran yang lebih masuk akal untuk dibawa dimotor dari ukuran sebelumnya.
Senyum lebar menyambutnya, Terimakasih pak
Jam istirahat aku dan gina ke matrial, untuk mendapatkan 12 lingkaran triplek beserta busurnya diperlukan ongkos Rp 50.000. Oke bayar langsung, nanti sore di ambil.
4. Pas udah dapet tripleknya,buat pola 6 kerucut disesuaikan dengan ukuran triplek,kaya gini nih
    Kerucutnya dari asturo, yang warnanya lain-lain. Misalnya merah, hijau dll

5. Cat seluruh permukaan triplek bagian atas dengan warna yang terang, kalau sudah kering tempel kerucut yang terbuat dari kertas asturo tadi, dengan posisi proporsional.
6. Seluruh permukaan triplek yang sudah di cat dan ditempeli asturo tadi di lakban bening, bertujuan supaya, cat tidak terkelupas dan kertas asturonya juga tidak mudah lecek, robek ataupun terlepas.
7. Masukkan busurnya (longgar aja supaya bisa diputar)
Tra..la.. jadi deh 
Asmaul Husna's Roulette by Reni
Ada yang ketinggalan. Pertanyaan-pertanyaan yang udah dibuat tadi. Dimasukkan ke dalam amplop yang warnanya sesuai warna asturo di triplek.
Tiap amplop berisi 5 pertanyaan (terserah sih mau bikin 20 pertanyaan juga boleh, tapi habis itu di demo murid. He..he..)
Ada cara lebih enak juga, biar saja mereka tanya jawab secara lisan di antara teman sekelompoknya. Tapi kali ini aku pakai pertanyaan tertulis dari aku gurunya, supaya lebih terarah. Dan jawaban yang diinginkan terkabulkan.
Begitu masuk kelas. Apa itu bu? Yaa segerombolan anak mengelilingiku, menarik-narik jilbab n baju, aneh ya?. Hari gini masih ada aja yang hobi narik-narik, mending narik becak dapet duit.
Mau tahu? Mau tahu? Kasih tahu gak ya?(Ust maulana's style)
Oke Pay attention, Get ready and have a pray
Setelah itu anak-anak dibagi menjadi beberapa kelompok. Aku bagikan roulettenya plus soal. Mereka mulai beraksi, aku tinggal duduk-duduk and kipas-kipas, gak perlu ngejelasin lagi, Eh tapi sesekali mengitari meja mereka lah, mengecek apakah mereka dapat menjawab dengan benar. Oia masing-masing anak dikasih lembar skor, bagi yang bisa menjawab pertanyaan tentunya mendapatkan skor dong, apalagi yang bisa ngejawab banyak pertanyaan.
Dan yang paling penting lagi adalah, mereka senaaang

Ali bin Abi Thalib family,s puppets


Nonton wayang kulit sama pa’le, bingung setengah mati apa enaknya ya? Yang ada ngantuk banget, dah ceritanya gak ngarti, bahasanya juga Cuma bisa menyerap dikit-dikit plus lampu temaram and suara sinden yang mendayu-dayu membuat mata tergoda untuk menutup. Haah, gak kuat lagi! nemenin sih nemenin tapi ada batasnya. “Pa’le, Reni pulang ya, gak kuat lagi nih” ujarku sambil megangin tas yang kuimpikan menjadi bantal yang empuk. “belum habis Ren” Pa’le masih ingin nonton, “aku pulang duluan ya,ngantuk banget nih, nanti kuminta mas oji (my bro) jemput pa’le deh” ucapku memohon sepenuh hati sedalam lautan, setinggi gunung (apaan sih gak nyambung).”Ooo, ya iyo” pa’le manggut-manggut tapi matanya tetap aja ke panggung, aku kaya ngomong ama tembok nih. Segera ku cium tangan pa’le dan menuju keluar, untung ada no telp taxi langganan. 10’menit kemudian “Yuk neng!” Pak Suharto membuka pintu taxinya dan mempersilahkan ku masuk. Denger namanya inget presiden RI yang sudah dilengserkan para mahasiswa. Emang kata pak harto, ibunya pengen dia jadi presiden nantinya. He…he… Amiin pak.
Minggu pagi di Purbanala, Bumiayu. emang paling enak jalan-jalan ke sungai, airnya jernih, udaranya bersih dan gak ada orang yang BAB/BAK disini. Clean deh pokoknya.Deket rumah pa’le ada bendungan mini. Sekitar 4 meter  ke bawah dari perbatasan bendungan, ada sungai. Nah di situ kita bisa main-main air, banyak batu-batu besar yang bisa kita duduki, sesekali aku ciprat-ciprat air ke azzam, tumben dia gak ngerespon, soalnya lagi konsentrasi nyariin ikan benter (paling enak digoreng, makan pakai nasi panas and colek sambel.Wuihh sedap).
Oke deh aku foto-foto sedikit,kaya wartawan. Bosan gak ngapa-ngapain, Cuma ngawasin anak-anakku main. Suddenly, aku teringat pertunjukkan wayang kulit semalam ”Mmm pa’le pulang jam berapa ya?”, wayang kulit, kenapa orang-orang begitu tertarik?apa anak-anak juga tertarik? Aha, ada sinar terang di kepala. Aku segera menuju ke rumah pa’le mau ambil notes kantongku. “Ummi! Mau kemana? Maryam berteriak dari seberang sungai. “O iya, lupa kalau bawa anak” ucapku dalam hati,”sebentar de ke atas. “ Mbak yu titip anak-anakku ya, 5 menit aja, iso ora?” mbak sytoh sepupuku yang memang sedari tadi bersama disitu, angguk-angguk. Cepet yo Ren” “Iyo-iyo” setengah berlari menuju ke rumah pa’le.
Kembali berada di sungai, kali ini mencoba tempat yang agak menjorok ke sawah, ada pohon karet yang rindang. Duduk di bawahnya membuat nyaman.
Oke apa yang diperlukan, kurasa kulit bisa kuganti dengan kertas, baiknya yang agak keras.duplek misalnya.
Untuk pegangannya potongan bamboo cocok, tapi kalau gak ada bisa menggunakan Koran bekas yang dilinting sehingga menyerupai stik.
Yang paling penting gambarnya. Aku mulai menggambar tokoh yang kuinginkan,tapi dari tadi gambar gak ada bagus-bagusnya nih. Berkali-kali menghapus sampai pada akhirnya. “ummi, ayo pulang lapar nih” sambil berjalan dan menggendong hasil buruannya, azzam menuju ke atas. Maryam mengikutinya, so pasti aku juga harus ikut.
Berada di sekolah lagi menghadapi berbagai kelengkapan administrasi yang harus diselesaikan cukup menyebalkan, tapi bertemu wajah-wajah cilik yang menanti kita sungguh menyejukkan hati. Melenyapkan segala kekesalanku menlengkapi rutinitas administrasi, well suka gak suka harus dilakukan. Walau bagaimanapun RPP dan sebagainya adalah bagian dari perencanaan. Seperti kata Umar bin Khattab “Aku tidak suka keberhasilan yang tidak aku rencanakan, aku lebih suka keberhasilan yang aku rencanakan” Oke deh khalifah Umar, kukerjakan semua ini demi sebuah keberhasilan dalam mengajar. Amiin
Back to puppets
Materi yang akan kutampilkan ketika memainkan wayang ini adalah kisah Ali bin Abi Thalib. Pusing-pusing menggambar tokoh-tokoh yang diperlukan dalam kisah tersebut gak jadi-jadi, aku potong kompas.
Pertama, biasalah browsing kisah Ali or cari di buku,kali ini lagi males campare-compare cerita. Dapat ceritanya, padatkan materi, buat jadi 1 lembar. As usual
List tokoh-tokoh yang ada di cerita, setting juga jangan lupa (cukup yang menarik saja).
Dari Bumiayu sampai kembali lagi ke Depok, menggambar tokoh gak jelas juntrungannya. Aku pilih browsing gambar dari Mbah Google aja (paling enak untuk anak-anak, gambar kartun).
Tiap gambar aku besarkan ukurannya, tapi kebanyakan jadi pecah. Jadi aku print gambar aslinya, trus ke tukang fotocoy minta diperbesar ukuran A3, Hasilnya lebih bagus.
Warnai gambarnya, tempel di kertas duplek. Rapikan dengan gunting.
Untuk pegangannya gunakan potongan bamboo tadi, tapi kalau susah dapetinnya. Pakai koran bekas aja dilinting hingga cukup kuat untuk dijadikan pegangan.
Lintingan Koran tadi ditempel/disolasi dibelakang gambar, lebih bagus lagi kalau ditempel duplek polos lagi. Jadi lintingan korannya ada di tengah-tengah.
Nih dia hasilnya
Wayang kertas tersebut ku taruh di belakang punggung, lalu duduk dengan manis di depan kelas. Nah mulai bercerita dengan menggunakan wayang-wayang tersebut. Anak-anak antusias sekali, mereka dengan cepat mengingat nama-nama tokoh yang ada pada cerita Ali. Tapi kendalanya pembelajarannya terletak di aku, gurunya! Huaduhh, gak tahu cara maininnya nih, jadi repot. Seharusnya aku sediakan minimal sterefoam untuk nancepin wayang-wayangnya, Nah kalau ini aku pegang semua, jadi rieweh bin ribet. Aahh, repoott, belum ahli jadi dalang, walhasil ceritaku mengalir deras, tapi wayangnya Cuma diem-diem aja. Baru ngeh ketika ada siswaku nyeletuk “Bu ko gak dimainin?” tanyanya penasaran. He..he dia gak tahu aja aku gak bisa maininnya.
Tapi yang jelas masuknya aku ke kelas dengan membawa berbagai wayang tersebut, dapat mempermudah mereka mengingat tokoh-tokoh dalam cerita. Dan yang paling penting lagi, mereka senaangg ketika belajar. Sipp


STORY MAP (Part 2)


Sambungan dari story map yang kemarin nih. Saya menerapkan metode story map ini lagi, Standar Kompetensi yang diinginkan adalah mengenali karakter tokoh Assabiqunal Awalun, kali ini saya akan menceritakan tentang khalifah Utsman bin Affan.
Masih berkutat pada metode ini, karena sedang dalam langkah penanaman konsep. Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan hampir sama dengan pembelajaran story mapping part 1, perbedaannya terletak pada pengerjaannya.
Para siswa saya berikan lembaran HVS kosong, yang harus mereka lakukan adalah membuat story mapping karya mereka sendiri. Hal yang harus dilakukan pertama kali adalah mereka mendesign story map, selanjutnya mendengarkan kisah yang akan saya ceritakan. Kisah Utsman saya buat pendek, saya bagi menjadi 3 plot. Setiap satu plot saya berhenti dan meminta siswa untuk menuliskan point-pointnya, tentunya dituliskan pada story map karya mereka. Begitu seterusnya sampai plot ketiga. Urusan tokoh dan setting perkara yang mudah hampir semua siswa mengerjakan dengan benar.
Pengerjaan dengan memikirkan point yang akan ditulis sendiri, ternyata merupakan sebuah kesulitan tersendiri pada siswa, banyak siswa yang menuliskan ceritanya, bukan point-pointnya. Wah bingung lagi deh.

Hal menarik terjadi, ketika salah satu siswa saya yang kerap kali tertidur dalam pembelajaran (kata ibundanya sih, karena ia gila baca buku, kalau sudah baca buku menjelang tidur, bisa sampai jam 02.00 dinihari, bagaimana dengan anda? J) tiba-tiba terbangun karena sentakan tangan temannya, yang iseng. Serta merta ia menjawab point-point yang harus dituliskan pada alur ke 3. Dan jawaban yang diberikannya adalah BENAR. Si iseng Rifki melongo mendengar jawabannya. Keren ya, dipikir-pikir mendingan seluruh siswa saya tertidur ketika saya menjelaskan dan terbangun dalam keadaan sudah mengerti materinya semua. He..he.., lumayan gak berisik.
Mengevaluasi pekerjaan para siswa, perlu banyak hal yang harus dibenahi nih.  Untuk story mapping berikutnya, akan kami jadikan dokumen portofolio. Siswa kami berikan ceritanya dan mereka diminta untuk membuat story mapping dengan kemampuan terbaik yang mereka miliki boleh dibantu oleh orang tua siswa.

Salah satu hasil karya siswa
Seorang siswa sedang mempresentasikan story mappingnya.
 Mulai dari bahan-bahan yang dibutuhkan, proses pengerjaannya sampai content yang  harus dituliskan pada story mappingnya. Pada tahap ini bukan hanya kemampuan pembuatan story mapping yang muncul dari siswa, tapi juga jiwa seninya, keberanian untuk tampil dan kemampuan mempresentasikan kisah secara runut  berdasarkan story map yang dibuatnya. Alhamdulillah, semoga ilmunya nyangkut ya…anak-anakku sayang.



STORY MAP Part 1


Bermula dari ke iri hatian saya terhadap para anak bule. Kenapa ya anak-anak mereka begitu lugas dan “langsung” ketika diminta untuk mengungkapkan pendapat ataupun bercerita. Saya mulai browsing-browsing cara apa yang bisa meningkatkan kemampuan siswa bercerita, atau dalam hal ini yang berhubungan dengan materi saya, kisah sahabat nabi. Skill yang ingin didapat yaitu bagaimana mereka mampu untuk menceritakan kembali kisah yang sudah diceritakan dalam bentuk yang terstruktur rapi, teratur dan runut. Mantap kan. Nah cara dicari dapatlah metode ini, yaitu story mapping. Saya mulai melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Kembali Kisah Islami Dalam Bentuk Tulisan Melalui Metode Story Mapping Siswa Kelas 2D SDIT Nurul Fikri Th 2010/2011”.
Penelitian ini saya lakukan tahun lalu, dan hasilnya subhanallah, kemampuan mereka menuliskan kembali kisahnya berdasarkan story mapping yang mereka buat, meningkat 100%.
Ini point-point yang harus ada dalam story map kali ini.
Tahun ini saya terapkan lagi, tentunya sudah berbeda angkatan. Apakah mereka bisa?, banyak dari teman saya yang mengatakan, Apa bisa kelas dua diajarkan seperti ini? Kalau menurut saya malah sedini mingkin, kalau bisa dari tingkat Taman Kanak-kanak, tentunya dengan cerita yang lebih sederhana.
Oke. Berbekal pengalaman tahun lalu, saya beranikan diri menggulirkan metode ini kembali. Dalam 4 kali pertemuan sehingga terlihat dan terukur perkembangannya.
Pertemuan pertama saya kenalkan dulu metode story mapping dijelaskan bahwa ada cara baru untuk membantu daya ingat siswa dalam menceritakan kembali.Sebelumnya siswa terbiasa mendengarkan lalu diminta untuk menuliskannya kembali.
Saya mulai bercerita, setiap satu plot cerita saya berhenti, kutanyakan pada anak-anak. Apa yang tadi bu guru ceritakan? Tentang apa?. Mereka mulai menjawab satu per satu dengan kalimat yang pendek, tentu saja itu yang kumau. Kalimat pendek yang mewakili cerita tersebut, kalau kita bilang point-point cerita tersebut.Saya minta mereka menuliskannya pada kolom bagian 1 di Lembar kerjanya , nih bentuk LKSnya
Bagian 1 selesai, lanjut ke bagian dulu, saya tanya kembali tentang apa? Dll, mereka mulai menjawabnya. Saya bagian mengumpulkan jawaban dan memilahnya untuk kutulis di papan tulis sesuai dengan bagiannya. Terus sampai bagian 3 berakhir. Ada siswa yang menemukan AHAnya. Bu itu bersambung ya? Itu terusannya ya bu? Pertanyaan-pertanyaan seperti ini yang kutunggu-tunggu. Benar, merka dapat menemukan sendiri bahwa bagian-bagian tersebut adalah berkesinambungan satu sama lain, dan saya tekankan dengan menamainya JALAN CERITA.
Untuk bagian tokoh dan settingnya. Ini adalah hal termudahnya. Kami mereview bersama-sama, untuk menemukan tokoh-tokoh dan setting (tempat dan waktu) yang terdapat pada kisah tersebut. Anak-anak mudah melakukannya.
Nah udah selesai sekarang bagian pembuktian, benar gak tuh metode ini mampu membantu anak menceritakan kembali secara terstruktur. Pukul 09.00 – 10.00 saya berikan penjelasan yang di atas tadi, lalu kami mengisi bersama.
Jeda 3 jam, ketika pukul 13.00, anak-anak mulai menceritakan kembali dalam bentuk tulisan dengan memegang story mapping yang sudah kami isi bersama. Tiap ada anak yang bertanya, “Apa lagi bu? “setelah ini apa ya Bu?, saya selalu menjawabnya dengan “Lihat story mapnya” Mereka berhenti bertanya, lalu mulai menulis kembali. Saya ingat sekali, sebelum menggunakan metode ini, ketika mereka mencoba menceritakan kembali dalam bentuk tulisan, dan ternyata ada yang lupa, saya selalu mengulang bagian cerita yang mereka lupa. Bayangkan kalau 10 anak, saya harus menceritakan kembali lagi, wah bisa minum 2 galon deh. Pastinya metode ini sangat membantu guru, mengirit suara dalam menjelaskan.
Hasilnya, pertemuan pertama lumayan lah, ada 11 siswa mencapai -/+ 100 kata, dengan tingkat akurasi 80% , pertemuan berikutnya -+ 12 siswa mencapai 150 kata dan 3 orang mencapai 200 kata, dengan tingkat ketepatan (terstrukturnya 80%) tetap.
Yaa lumayanlah, tapi kalau pelajaran kali ini, siswa kurang menyukai, karena rata-rata siswa-siswiku, kurang menyukai menulis. Ketika mulai disuruh menuliskan kembali, jawabannya kompak “Yaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa     “ sambil cemberut.
He…..he……….