Kehidupan yang kujalani sampai
usiaku sekarang, banyak memberikan pelajaran. Bahkan pastinya, itu akan terus
berlangsung sampai ku mati.
Senang, Ceria, Sedih, Luka, Tawa
semua mengalir... yang pasti
ketika kita terluka adalah
mendoakan, ketika kita takut kehilangan adalah mengikhlaskan, ketika kita takut
masalah adalah menghadapi
Hidup tak pernah terlepas dari
itu
ketika tahu hakikat hidup yang
sebenarnya (beribadah untuk Allah), maka rasa sakit itu terasa tapi tak menjadi
terlalu menyakitkan lagi.
Ketika tahu bahwa kita hidup
hanya di antara dua titik
Maka kita hanya perlu mengisi
garis yang menghubungkan dua titik tersebut dengan hal-hal yang memberikan
manfaat bagi orang lain, berbuat baik, dan tentunya memberikan ‘nilai’ pada
diri kita, menjadi manusia yang tak malu berhadapan dengan Allah nantinya.
Ketika kita tahu bahwa menikah
adalah menyempurnakan setengah agama, maka menjadikan setengahnya lagi tiket
masuk ke surga, adalah usaha, kerjasama yang kuat dan penuh kepercayaan antara
suami istri tersebut.
Peristiwa perceraian pastinya
menyakitkan dan selalu ada versi cerita dari kedua belah pihak. Begitupun
dengan ku. Butuh 7 tahun untuk kami (aku &
mantan suamiku) untuk menjalin komunikasi yang
baik.
Point utamaku adalah aku tak mau anak-anakku
kehilangan figur ayahnya.
Alhamdulillah, sekarang hubungan
kami berjalan baik khususnya dalam hal perawatan anak. Aku berusaha sekuat hati berkomunikasi baik dengan istrinya.
Kami berbagi waktu untuk
merawat mereka, kadang seminggu di ayahnya, kadang di aku.
Namun butuh
ketebalan hati yang luar biasa menurutku,
Menurutmu
bagaimana? Coba dengarkan, celoteh anak-anakku sepulangnya dari tempat ayahnya
“Ummi, kita ke
hotel. Bagus banget. Aku berenang mi, makanannya juga enak-enak”
“Ummi lihat! Aku
dibelikan boneka oleh “ibu”, harganya mahal loh mi”
“Ummi, aku
punya kamar sendiri, tempat tidurku peri tinkerbel, spreinya juga, apalagi
lemari baju dan meja belajarnya. Aku sukaa sekali”
“Aku juga mi,
kamarku ada ACnya mi, enak dingiinn”
Semua itu
adalah kegembiraan anak-anakku akan kebersamaan mereka bersama ayahnya.
Bagaimana aku mendengar dan meresapinya?!
Itu adalah cinta
Allah untukku
Itu adalah tangisku
sekaligus ketabahanku
Itu adalah
keperihanku sekaligus kebahagiaanku
Itu adalah
keikhlasanku
Untuk kata yang
terakhir itu, aku tak berani berkata lantang, karena ketika kata “ikhlas”
terucapkan, saat itu pula ia lenyap dari genggaman.
Ketika ku rindu, aku berkata "Ya Allah, Engkaulah sebaik-baiknya penggenggam. Genggamlah hati anak-anakku selalu untukku
Ketika kutakut kehilangan, aku berkata " Ya Allah, Engkaulah sebaik-baiknya penjaga. Jagalah gambaran diriku pada mereka.
Ketika kutakut mereka menjadi anak "broken home", aku berkata " Ya Allah, Engkaulah pemegang takdir, berikanlah mereka masa depan yang baik, takdir yang baik dan mencerahkan"
Semua kerisauanku membuahkan hasil. Setidaknya sejauh ini. Mereka tumbuh menjadi anak-anak yang ceria, berani berbicara, tak ragu berpendapat.
Ketika ku rindu, aku berkata "Ya Allah, Engkaulah sebaik-baiknya penggenggam. Genggamlah hati anak-anakku selalu untukku
Ketika kutakut kehilangan, aku berkata " Ya Allah, Engkaulah sebaik-baiknya penjaga. Jagalah gambaran diriku pada mereka.
Ketika kutakut mereka menjadi anak "broken home", aku berkata " Ya Allah, Engkaulah pemegang takdir, berikanlah mereka masa depan yang baik, takdir yang baik dan mencerahkan"
Semua kerisauanku membuahkan hasil. Setidaknya sejauh ini. Mereka tumbuh menjadi anak-anak yang ceria, berani berbicara, tak ragu berpendapat.
Sekarang mereka menjadi
anak-anak dengan prestasinya masing-masing. Tidak minder dan kuper. sholat lima
waktu.
________________________________________________________
Orang tua. Ibu ataupun ayah
tentunya ingin terbaik untuk anaknya, membahagiakan mereka.
Jika ditanya “Apa
kebahagiaan ummi?”
“Tentunya
melihat kalian bahagia dunia akhirat, bagaimanapun caranya”
Senyuman lembut
dan sentuhan hangat, membalut tubuh mereka.
Malaikat-malaikat
tak bersayapku,
Kalian,
benar-benar pelajaran nyata kehidupanku. ‘Menata hati”
With love, hope
and pray
Always
Subhanalloh, betapa mbak punya kesabaran dan keikhlasan yang luar biasa. Semoga selalu diberi kekuatan oleh Alloh, amin...
BalasHapusJazakillah mba indah, iman itu naik turun. Berdoa smg ketika turun.masih tetap dalam jalur Nya. Salam Kenal :)
Hapuspeluk dirimu dulu ah.... ibu yang hebat... ibu yang tabah. dari ibu yang hebatlah maka terbentuklah anak2 yang hebat.. seperti anak2mu itu. makasih sudah ikut give awayku
BalasHapus