Khusus orang dewasa yaa |
"Ayo samperin..." ujarku kepada Re:
Ia diam terpaku. Air matanya meleleh.
"Kamu saja. Datangi dia, dan peluk dia," jawabnya lirih
"Lha, ngapain kamu kemari kalau harus aku juga yang memeluknya."
"Sudah kamu kesana, peluk dia...peluk dia untukku"
"Kamu saja sendiri"
"Gue keringetan"
"Gak apa, ayo sana..."
"Gue ini pelacur..." kata Re: nyaris tak terdengar." Jangan sampai ditubuhnya melekat keringat pelacur. Peluk saja dia untukku."
Kiranya itu adalah potongan
percakapan yang membuatku merasakan Re, perempuan subjek penelitian skripsinya
kang maman.
Well lucu juga yaa, aku tak sempat bertanya, why he is called with
Kang. Kang itu kan bahasa Sunda, and so far I know, he's coming from Makasssar. Well…
nevermind. Back to Re
Undangan pertama yang ku iyakan
dari komunitas emak2blogger membuatku bertemu dengannya.
"Ren tau Maman Suherman gak?" Mak Fadhlun menanyakan narasumber kita hari ini
"Gak!, nanti aja disana taunya..."
Jujur saja, ketika
launching sebuah buku atau novel atau prodak sekalipun aku tak pernah mencari
tau dulu siapa dia. Biasanyakan orang peduli pada profil dan latar belakangnya.
Hehehehe…aku?
Sebenarnya simple, alasanku Cuma satu.
Aku ingin melihat gambaran utuh seorang narasumber itu dari kacamataku sendiri,
dari sudut pandangku sendiri. Kadang kalau kita lihat profinya dulu, kita sudah
merasa wah banget karena latar belakangnya atau jika tidak sesuai ekspetasi
kita cenderung meremehkan.
Well..my view.
yang botak tuh kang Maman :) sebelahnya lagi ngitungin daki, si fikri. intersting jokes bro ;) |
Lelaki yang tegas, pintar, normal (eye catch banget, tulisan di kaosnya.I'm lesbian ;pecinta wanita.wkwkwkwk...), good
analysis, pandai bicara, sip deh…at least hello effect plusnya dapet
Oke, nah sekarang bergerak ke
bukunya
Apa maksudnya perempuan adalah Nur (cahaya)?
Cahaya yang bagaimana yang
dimaksud?
Perempuan memberikan penerangan
seperti apa yang diinginkan…
Physically, cantik, seksi,
menarik, tinggi putih atau hitam manis kaya aku.wkwkwkwk..GR abis
Mentally, baik, lembut, taat,
bertutur kata sopan, hangat, perhatian,penuh etiket
Terampil, pandai memasak,
mengurus rumah, ngurusin anak, cari duit
Yes! These are definitely Pe
Re:mpuan adalah Nur. CAHAYAAA
Tapi tak ada manusia yang
sempurna….juga perempuan
Membaca novel ini, teringat
Jakarta undercover. Gak tau tuh siapa pengarangnya lupa. Cerita yang hampir mirip.
Kehidupan malam, beragam orientasi seksual, hal-hal yang membuatku tercengang,
menangis lalu datar.
Pe Re: mpuan adalah cahaya. Lets
check cahaya yang Re: miliki
Satu hal yang pasti, Ibu adalah
ibu…betapapun buruknya ia. Ia tetap seorang ibu, orang yang melahirkanmu,
berpayah-payah selama Sembilan bulan kau selalu dibawanya.
Aku pernah bertanya pada siswaku.
“Apakah kau berat membawa tas?” yes miss.
Bisakah kau
meletakkannya? Bisa lah miss kata mereka serentak.
Nah apakah sekarang ringan? Pastinya.
Sekarang Tanya ibumu yang sedang mengandung atau perempuan mengandung yang kalian temui.
Apakah mereka berat dengan kandungannya? Bisakah mereka meletakkannya sebentar?
Karena terlalu lelah untuk membawanya kesana kemari.
Pasti kalian tau jawabannya
kan?..
siswaku hanya diam menunduk
“Jangan berteriak pada ibumu,
untuk berbagai hal, pasti ia punya alasan melakukannya”.
- Cahaya pertama : Ia mempertahankan anak yang ada dalam kandungannya, sampai lahir ke dunia
Re: adalah ibu, ibu dari seorang
anak perempuan yang bernama Melur. Dengan keyakinan dan kesadaran yang tinggi
akan dampak sebuah lingkungan terhadap perkembangan seorang anak. Re:
menitipkan Melur pada seorang wanita yang amanah(Alhamdulillah)
Ia menyadari betul, lingkungannya
akan membuat anaknya mau tidak mau akan seperti dia.
Ada pertanyaan menggelitik ketika
kang Maman mengatakan bahwa lokalisasi sesungguhnya sebuah solusi yang baik,
karena penyakit lebih mudah terkontrol, penyuluhan lebih mudah diberikan dan
pemerintah bisa mendapat pajak darinya. Keburukan penutupan lokalisasi adalah
para pelacur akan tersebar di jalan, tidak jelas bagaimana mengontrol
penyakitnya, dan kekerasan, kesewenang-wenangan terhadap para wanita jalanan
itu akan semakin tinggi tingkatnya.
Lalu bagaimana dengan keputusan
Re: menjauhkan anaknya dari lingkungan itu jika tau memang kondisinya buruk.
Apakah semua ibu di lokalisasi itu menitipkan pada orang lain, atau
membesarkannya sendiri dilingkungan yang memang ia tidak bisa keluar darinya. Aku
yakin walaupun gak punya data, banyak anak-anak dilokalisasi yang tidak
mengetahui siapa ayahnya dan tinggal disitu memperhatikan kondisi sekitar dan
akhirnya menjadi mereka atau memang dikaderkan untuk menjadi mereka. Na’udzubillah
min dzalik.
Aku tidak boleh menjudge orang,
walaupun bagiku terlihat sangat buruk. Mereka mungkin merasakan neraka dunia
yang mengikat mereka. Ya Allah
- Cahaya kedua : Ia menyadari “lingkungan” adalah faktor penting yang mendukung perkembangan anak
Salah satu kesulitan menjadi
orang tua tunggal adalah pemenuhan materi. Like me! Aku ingat ketika keluar
dari rumah itu tanpa sepeserpun di kantong, dengan cicilan motor yang mesti
harus kubayar. Airmata mengiringi jejak langkahku. tapi aku harus tetap kuat.
Melamar ke berbagai perusahaan,
berbagai tempat kursus dan mencari privatan
Ada sebuah perusahaan di Thamrin,
aku dapat panggilan. Alhamdulillah, semangat 45 aku menuju kesana, selama
seminggu kami trial. Mentornya wanita cina cantik tinggi berpenampilan menarik,
hari berikutnya pria ganteng bersih menawan dan cerdas.Di hari ke enam,kami
diberikan pengumuman. ada dua orang berprestasi katanya, salah satunya aku. Aku
dipanggil ke ruangan yang cukup mewah, lalu dijanjikan posisi menarik, cukup
membuatku GRdan ngiler dengan fasilitas yang ditawarkan. Tapi syaratnya, aku
harus memberikan investasi dulu 10 juta, lalu aku bisa mencapai posisi itu. Gee…yang
benar aja.
Pulangnya aku diantar pria
menawan itu sampai ke halte. Sambil ngobrol gak jelas
Besoknya, aku tak datang lagi…
Keren gedung and orangnya doank, isinya “A liar and hypocrite”.osshh
Aku mulai mengajar di
tempat-tempat kursus. Lumayan bahasa Inggrisku gak memalukan. Tapi kebutuhan
hidup, listik, air, pampers, susu dll. Tak bisa dipenuhi dengan itu. Alhamdulillah
dapat tawaran transcript writer dari abangku. Satu kaset bisa 300rb.
Mulailah hari-hari dimana aku
harus mendengarkan kaset lalu mengetiknya, sampai-sampai aku tertidur di depan computer.Ada
satu hal yang kuingat sampai sekarang. Aku menuliskan notes yang kutempel di
pinggir layar monitor. Tulisan itu …Susu,pampers, cereal, cicilan motor. Setiap
rasa kantukku datang tulisan itu kerap membuat punggungku menegak dan mulai
mengetik lagi. Sesekali anakku seliweran didepan computer berharap bisa bermain
denganku, tatapan matanya membuatku luluh dan ingin segera bermain dengan
mereka. Setengah melayang aku bermain bersama anakku. Tubuhku doyong kesana
kemari, karena tidurku hanya 3jam sehari kadang juga gak jelas kapan aku tidur,
karena aku mentranscript bisa sampai pagi. Lalu pergi mengajar.
Punya kenangan itu, membuatku
bersyukur. Melihat kehidupan Re: membuatku lebih bersyukur.
Ya, Re memiliki harapan pada
anaknya. Seperti kebanyakan ibu di dunia ini. Pasti mereka ingin anaknya tumbuh
dengan baik, dan jauh lebih baik dari mereka. Begitupun Re: dengan pekerjaanya
itu ia menghidupi anaknya, memenuhi kebutuhan hidup anaknya. Walaupun ketika
membacanya terkadang terlintas di kepalaku, benarkah ia menderita dengan
posisinya atau ia menikmati posisinya dengan segala orientasi seksual yang tanpa
hati ia jalani. Sekali lagi aku tak mau menjudge Re:, aku tak kenal, ini hanya
pandanganku ketika membacanya. Setuju atau tidak, marah atau benci, silakan.
- Cahaya ketiga : Naluri seorang ibu, memenuhi kebutuhan anaknya untuk lebih baik darinya
Aku sering mengatakan pada
siswaku, pada anakku, pada diriku bahwa hidup itu selalu tentang pilihan.
Life is always a choice. Bagaimana
kita memilih…
Baik atau buruk, selalu ada
konsekuensinya. Bahkan ketika semua hal buruk pun, kita tetap harus memilih
mana yang terbaik diantara yang terburuk itu.
Lalu aku berpikir, para wanita
itu. Apakah mereka punya pilihan?
Mereka tobat, mereka mati
Mereka keluar, mereka tak
bernyawa
Mereka lari, mereka “habis”
Pilihan untuk menjadi baik hanya
satu solusinya “DIBUNUH”
Oh Gosh, what kind of life is
that?...
“Seorang pelacur Tewas Tersalib
di Tiang Listrik Jalan Blora. Tubuhnya penuh sayatan”. Headline berita Koran sore
(Re: 147)
Pada akhirnya ia mampu memilih.
- Cahaya keempat. Ia mampu menetapkan pilihannya dibanding pasrah menjalani kehidupan.
"Kalu aku mati, akankah aku masuk surga?"
- Cahaya kelima ia percaya Tuhan
Lima cahaya itulah yang bisa
kusimpulkan dari buku kang Maman mengenai Re:
-----------------------------------II-------------------------------------------------------------------------------------
“Bahasa kasar”, ujar ibuku, ia
membacanya ketika aku menceritakan pertemuan hari ini padanya
“Ya memanglah, namanya juga
lingkungan mereka. Mungkin hanya itu bahasa yang ia pahami”.aku menimpalinya.
Pandanganku…
Untuk mengetahui bagaimana
mengatasi solusi yang buruk, kita tidak harus terjun bersama dengan keburukan
itu untuk mendapatkan pemahaman.
Kenyataanya dunia diluar sana “Gila”,
kalau gue punya anak, gue bekalin dia kondom kalau keluar rumah. Bukannya gue
ngijinin dia berbuat seks tapi kalau ada apa-apa” kata Fikri, stand up comedian
disana, yang ngasih tahu twitternya @Fikrirasta, tapi sampai detik ini aku gak
tau yang mana karena fikrirasta di twitter buanyaakkk, ditambah gak ada gambar
fotonya. Hadeuhh
Benarkah? Gila yang kamu tahu,
aku tidak terlalu tahu.
Keren
dan menyenangkan yang aku selalu tanamkan dikepalaku. Aku selalu ingin
bertanya ini kepada bu Elly Risman, komnas anak, komnas
perempuan atau yang sejenisnyalah
Pernahkah meriset betapa banyak
orang baik, anak baik, anak berprestasi, anak kreatif, anak hebat diluar sana
yang “tidak” harus menjalani dulu fase yang dinamakan “kenakalan remaja”
Bukankah sebaiknya imbang
pemberitaannya, ketika angka pemerkosaan ada tiap berapa menit sekali. Ada pula
anak yang berjuang habis-habisan untuk menyelesaikan sekolahnya atau orang tua
miskin atau kaya yang mampu menelurkan anak berprestasi. Walaupun mungkin
jumlahnya tidak banyak, paling tidak berita ini seharusnya juga santer
terdengar, mengimbangi berita yang isinya hanya hal-hal mengerikan.
Hal ini kurang menarik bukan,
dibanding melongo membaca berbagai tindak kejahatan, yang menurutku membentuk
mainstream berpikir kita bahwa semua ini negative, kita di jejali oleh hal-hal
yang berbau negative hingga tak sempat berpikir positive dan akhirnya menganggap
hal negative itu adalah sebuah hal yang biasa saja dan memang sudah layaknya
terjadi disekeliling kita.
Sebagai pendidik, mari jawab pertanyaanku.
Untuk apa kau menyekolahkan anakmu di sekolah dasar,pertama, menengah Islam
atau bahkan pesantren?
Kau pasti punya jawaban dan
harapan yang besar untuk itu kan?
Dengan semua yang terjadi di luar
sana yang kau ketahui, sekolah islam menjadi solusimu untuk meng”amankan anakmu dari dunia
mengerikan. Kau salah! Salah besar!
Solusinya ada pada dirimu, pada
keluargamu. Solusinya menahan hasrat pribadimu untuk berbuat yang tidak baik,
solusinya kembali ke rumah. Jangan hanya punya harapan lalu tak bertindak.
Kekanglah keinginanmu untuk melakukan hal tak baik demi masa depan anakmu. Tak
pernah menyerah untuk belajar menjadi orang baik, ketika dunia sudah menjadi
sangat memuakkan. Bukan berarti impian itu tidak terjadi. Menjadi teladan bagi
keluarga bukanlah hal yang munafik
Semua permasalahan social ini solusinya
adalah keluarga.
Adapun mengenai ketidak setujuan
kang Maman mengenai ditutupnya lokalisasi dengan alasan yang dikemukakan
sebelumnya. Adalah pilihan kang maman untuk memegang alasan itu. Aku menghormatinya
Aku hanya mau menukil (Re:159)
Kompas, Metropolitan, hal 25.”Perdagangan Manusia: Kami sudah Tidak tahan
dilacurkan”. Tiga perempuan muda dikabarkan akhirnya bisa tersenyum setelah
berhasil diselamatkan tim penyidik kepolisian. (Re:160). Tak Cuma mereka
bertiga, tapi total 28 perempuan muda. Bayangkan itu baru dari satu
penampungan.”
Paragraf diatas, bukankah
melegakan membacanya.
……………......Bayangkan jika
satu lokalisasi dihapuskan………………………………..…………..
Mainstream yang terbentuk
mengarahkan pada kekhawatiran
Bentukan positive dari hal itu
seakan sirna, harapan keindahan hampir tak bisa terbayangkan bukan?
Jika memang Nukilan kompas itu
benar, maka akan banyak wanita yang terbebaskan dan mencoba menjadi baik.
Memaksa dan menjerat pemerintah kalau perlu mengancam dengan pisau atau bazooka
untuk memberikan peluang usaha yang kreatif.Karena negara juga bertanggung jawab.
عَنِ ابْنِ عُمَرَ
عَنِ النَّبِيِّ صلى الله
عليه وسلم؛ أَنَّهُ قَالَ : أَلاَ كُلُّكُمْ رَاعٍ. وَكُلُّكُمْ مَسْئُوْلٌ عَنْ
رَعِيَّتِهِ. فَاْلأَمِيْرُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ، وَهُوَ مَسْئُوْلٌ عَنْ
رَعِيَّتِهِ. وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ، وَهُوَ مَسْئُوْلٌ
عَنْهُمْ. وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ بَعْلِهَا وَوَلَدِهِ، وَهِيَ
مَسْئُوْلَةٌ عَنْهُمْ. وَالْعَبْدُ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ، وَهُوَ
مَسْئُوْلٌ عَنْهُ. أَلاَ فَكُلُّكُمْ رَاعٍ. وَكُلُّكُمْ مَسْئُوْلٌ عَنْ
رَعِيَّتِهِ
Hadits riwayat Ibnu Umar Radhiyallahu’anhu:
Dari Nabi Shallallahu
alaihi wassalam bahwa beliau bersabda: Ketahuilah! Masing-masing kamu adalah
pemimpin, dan masing-masing kamu akan dimintai pertanggungjawaban terhadap apa
yang dipimpin. Seorang raja yang memimpin rakyat adalah pemimpin, dan ia akan
dimintai pertanggungjawaban terhadap yang dipimpinnya. Seorang suami adalah
pemimpin anggota keluarganya, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap
mereka. Seorang istri juga pemimpin bagi rumah tangga serta anak suaminya, dan
ia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap yang dipimpinnya. Seorang budak
juga pemimpin atas harta tuannya, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban
terhadap apa yang dipimpinnya. Ingatlah! Masing-masing kamu adalah pemimpin dan
masing-masing kamu akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya.
Melakukan berbagai usaha untuk
mengarahkan mereka kepada kebaikan. Tugas kita, tugas saya, kamu,kalian semua.
Meyakinkan mereka bahwa kehidupan bisa lebih baik.
Bukankah itu yang Kang Maman
inginkan ketika bertemu kemarin.” Agent of Change”, siapapun kita.
with love, pray, hope and Action
Re: ni
Tidak ada komentar:
Posting Komentar