“Mi, aku jadi inget, aku pernah browsing di
sekolah, ada mesjid namanya aneh banget mi” Azzam memecah keheningan di tengah
perjalanan kami menuju Bumiayu
“Memang apa namanya?”
ujarku
“Namanya itu apa
yaa..aku sudah makan atau aku mau makan apa gituu..” katanya sambil
mengernyitkan dahi
“Iya ya, aneh. Coba kita
browsing !” Maryam segera menggaet tab yang ada di tasku dan
“tulis apa mi?”
Ketik “mesjid aneh”.
Nah didapatlah nama
mesjid Shanke yadem (anggap saja saya sudah makan).
Kalau di Indonesia, nama mesjid
kaya gitu di terima gak ya? hahaha..nama yang aneh untuk sebuah mesjid. Tapi
...Pastinya ada cerita di balik nama tersebut.
Mesjid ini berada di
Turki, nah kalau mau ke Turki jangan cuma lihat Blue Mosque aja, tapi coba cari
Mesjid Shanke yadem ini.
Tepatnya di pinggiran
kota Istanbul, Al Fateh. Konon katanya ada seorang faqir yang bernama
Khoiruddin Affandi ingin sekali membuat mesjid di kampungnya, setiap hari
selepas bekerja, ia mendapatkan upah yang tidak seberapa. Upah tersebut
tentunya untuk kebutuhan hidupnya terutama makan, nah kadang-kadang kita kan
ingin makan enak tuh, pergi ke resto padang atau ingin coba steak dan semacamnya.
Begitupun dengan si Khoiruddin ini, yang membedakan adalah ketika ia
berkeinginan untuk makan makanan seperti itu, ia hanya membeli makanan sesuai
kebutuhan perutnya saja sambil membayangkan makanan yang nikmat tadi. Sisa
uangnya dimasukkannya ke tromol dan ia mengatakan pada dirinya sendiri ‘ahh,
anggap saja saya sudah makan.
Begitu seterusnya,
sampai pada akhirnya uangnya dirasa cukup untuk membangun masjid. Khoirudin
mengemukakan niatnya, pada acara pertemuan warga desa, terbayang reaksi para
tetangga, mereka terkejut bukan main. Khoirudin si faqir yang wara’ bisa
mempunyai uang banyak untuk tujuan mulia tersebut. Kalau anda jadi tetangganya
pasti ingin tahu, bagaimana caranya ia bisa mempunyai uang sebanyak itu?.
Khoiruddin menceritakan pengalamannya dalam mengumpulkan uang tersebut,
masyarakat tersenyum senyum saling memandang, juga bercampur haru. Ada yang
nyeletuk bagaimana jika kita namakan mesjid ini Shanke Yadem (anggap saja sudah
makan), mereka tertawa tergelak. Kemudian disepakatilah nama mesjid itu Shanke Yadem. Masyarakat
sekitar bahu membahu membangun mesjid, sedangkan yang mendanai bahan-bahan
bangunannya adalah tromol khoiruddin.
yang luar biasa adalah azzamnya,
keinginannya yang kuat untuk membangun rumah Allah, walaupun dengan segala
keterbatasannya, yang dalam bayangan tak mungkin ia dapat membangun mesjid. Ia adalah seorang yang miskin, tapi keinginannya tersebut bisa mendobrak
segala kemustahilan, doa yang kuat dan ikhtiar tiada henti, serta harapan yang
tiada putus.
Saya jadi teringat
kisah khoiruddin yang lain.