Senin, 02 September 2013

SYAQILLA KU..................



Sore itu ,setelah mendapat telpon dari esti, teman sekerjaku d kelas. aku langsung menstater motorku melesat maju, menuju rumah siswiku berusia 7 tahun yang pendiam, pemalu dan baik hati itu. syaqilla...syaqilla meninggal..... sepanjang perjalanan aq tak kunjung percaya, sampai aq melewati sebuah gang yang berbendera kuning. kutegaskan mataku tuk melihat tulisan yang tertera di atasnya. syaqilla binti wawan.
ya benar, itu siswiku...


hening sejenak, bulu kudukku berdiri, tanganku gemetar tapi cukup kuat untuk memegang kendaraanku, kujalankan motorku pelan pelan hingga tiba dibelokan rumahnya. apakah benar... aq bergumam sendiri tak memerlukan jawaban, namun seorang pria melontarkan perkataan, ya.. benar bu, ini rumahnya syaqilla, syaqilla meninggal..
lirih ku berucap innalillahi wa inna ilahi rojiiuun.
Bersegera, setengah berlari aq merangsek ke rumahnya. masih sepi, baru beberapa orang, tak terlalu kelihatan rasa sedih disana.. mataku hanya tertuju pada satu orang, seorang nenek. Nenek yang tegar menyambut kami, ya neneknya syaqilla
ternyata syaqilla masih dalam perjalanan dari rumah sakitA. aq juga kurang tahu pasti apa penyebab syaqilla meninggal, tapi yang pasti aq tak suka bertanya ini itu ketika sedang ta'ziyah. lebih baik aq diam , duduk, dan menunggu jenazah syaqilla
menjelang maghrib jenazah itu datang. bergetar tubuhku melihat bocah mungil yg kerap berinteraksi denganku di kelas sudah terbujur kaku, 


Ya Allah, she’s just seven “bisikku dalam hati
Para penta’ziyah meneteskan airmata. Seiring dengan masuknya syaqilla ke ruangan rumah megahnya sampai dibaringkannya dihadapan kami semua.
Sungguh dzikrul maut yang sangat nyata, 7 tahun, lucu, menggemaskan, menyenangkan.. yang jika hati ini kotor, sungguh tak rela ia diambil pemilikNya
memang Allah sudah mentakdirkan siapa yg akan menjadi tamunya kelak, sekarang, esok, cepat atau lambat. tak kan bisa dipungkiri. Takkan bisa ditunda
Sang ibu menangis, ayah dengan wajah memerah menahan kesedihan dengan  menemui kedua anaknya yang lain, menemui ibunda, mereka berpelukan, seperti saling mengetahui isi hati masing masing mereka tak berkata-kata.
Selepas sholat maghrib berjamaah  . Kami duduk melingkari jenazah syaqilla
 “ Eh, jangan dibuka pak
Kaka lagi bobo. Pipi...kaka bobo kaya bidadari ya
Iya de, kaka sudah jadi bidadari sekarang
Kaka sudah meniggal
Tapi dia bahagia disana
Dimana pi?
Di surga, ketemu Allah de
Aku hanya bisa melihat punggung seorang ayah yang sedang bertahan, memangku kedua anak-anaknya. Sesekali meneteskan airmata, kemudian mencium dan memegang erat kedua anak dipangkuannya. Sedangkan sang ibu, diseberangnya. Sedang mengusap-usap pipi syaqilla, kemudian tertunduk menangis..lalu melakukan hal tersebut lagi.
Peristiwa in memberikan ibroh padaku, seperti cemeti yang menghentakku..
Aku punya anak sehat, ceria dan pintar. tapi seringkali ketidaksabaranku membuncah melihat perilaku yang tak sesuai dengan keinginanku
kusadari karunia di hadapanku sekarang berkah Allah yang tak ternilai, tak sanggup kubayangkan mereka tak ada di sisiku
Ku bayangkan betapa banyak waktu yg tersisa untk mereka setelah kelelahanku bekerja
Tak kupaksakan tubuh ini tuk sekedar makan malam bersama, bertanya keadaan sekolah, keadaan teman temannya, keadaannya.Hanya 10 menit dari waktuku.
Tidakkah ku perhatilan kukunya yang memanjang, telinganya yang kotor. Hanya sekedar meluangkan 10 menit dari keseharianku tuk memangkunya, membersihkan kuku dan  telinganya
Tak adakah waktuku untuk sekedar melihat buku-buku mereka, mendengarkan keluhan dan kisah mereka, hanya 5 menit terambil dari aktivitas pribadiku
Tak punyakah aku waktu untuk sekedar memijat mijat, bercanda ria, bermain uno bersama, hanya 10 menit dari rasa lelahku
Tak adakah waktu tersisa tuk mengajarkan mereka al qur'an, cintai Allah dan Rosulnya. menanamkan nilai akhlak , hanya 15 menit sebelum tidurku
Tak adakah waktuku?
Cucian piring, baju, rumah kotor, lebih menggoda untuk didekati
Tak adakah waktuku?
Allah mencabut nyawa, sesuai siapa yang diinginkannya
Anak titipan untukmu ren, seberapa keras, seberapa besar usahamu menjaganya.
Allah melihatnya...
Allah memberikan kasih lewat sentuhanmu...
Allah memberikan cinta lewat pandangan matamu...
seberapa pun usahamu menjaganya. pergunakanlah sebaik-baiknya, maksimalkan seluruh jiwa ragamu untuk mereka. jangan pernah menyerah tuk menanamkan seratus, seribu, semilyar se..tak terhingga pada anakmu perilaku karimah
mumpung kau masih bersamanya, mumpung kau masih bisa membelainya, mumpung kau masih bisa menciumnya
sediakan saat saat indah bersama anakmu, mengajarkan kecintaan pada Allah dan RasulNya, sehingga ketika siapapun yang duluan Sang Pemilik mengambil . kau takkan malu, kau berhasil mendidik mereka mencintaiNya
sehingga Ia berkata
"Ren, kau ibu yang hebat. kau berhasil, kau layak masuk surgaKu"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar