Sabtu, 02 Juni 2012

STORY MAP Part 1


Bermula dari ke iri hatian saya terhadap para anak bule. Kenapa ya anak-anak mereka begitu lugas dan “langsung” ketika diminta untuk mengungkapkan pendapat ataupun bercerita. Saya mulai browsing-browsing cara apa yang bisa meningkatkan kemampuan siswa bercerita, atau dalam hal ini yang berhubungan dengan materi saya, kisah sahabat nabi. Skill yang ingin didapat yaitu bagaimana mereka mampu untuk menceritakan kembali kisah yang sudah diceritakan dalam bentuk yang terstruktur rapi, teratur dan runut. Mantap kan. Nah cara dicari dapatlah metode ini, yaitu story mapping. Saya mulai melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Kembali Kisah Islami Dalam Bentuk Tulisan Melalui Metode Story Mapping Siswa Kelas 2D SDIT Nurul Fikri Th 2010/2011”.
Penelitian ini saya lakukan tahun lalu, dan hasilnya subhanallah, kemampuan mereka menuliskan kembali kisahnya berdasarkan story mapping yang mereka buat, meningkat 100%.
Ini point-point yang harus ada dalam story map kali ini.
Tahun ini saya terapkan lagi, tentunya sudah berbeda angkatan. Apakah mereka bisa?, banyak dari teman saya yang mengatakan, Apa bisa kelas dua diajarkan seperti ini? Kalau menurut saya malah sedini mingkin, kalau bisa dari tingkat Taman Kanak-kanak, tentunya dengan cerita yang lebih sederhana.
Oke. Berbekal pengalaman tahun lalu, saya beranikan diri menggulirkan metode ini kembali. Dalam 4 kali pertemuan sehingga terlihat dan terukur perkembangannya.
Pertemuan pertama saya kenalkan dulu metode story mapping dijelaskan bahwa ada cara baru untuk membantu daya ingat siswa dalam menceritakan kembali.Sebelumnya siswa terbiasa mendengarkan lalu diminta untuk menuliskannya kembali.
Saya mulai bercerita, setiap satu plot cerita saya berhenti, kutanyakan pada anak-anak. Apa yang tadi bu guru ceritakan? Tentang apa?. Mereka mulai menjawab satu per satu dengan kalimat yang pendek, tentu saja itu yang kumau. Kalimat pendek yang mewakili cerita tersebut, kalau kita bilang point-point cerita tersebut.Saya minta mereka menuliskannya pada kolom bagian 1 di Lembar kerjanya , nih bentuk LKSnya
Bagian 1 selesai, lanjut ke bagian dulu, saya tanya kembali tentang apa? Dll, mereka mulai menjawabnya. Saya bagian mengumpulkan jawaban dan memilahnya untuk kutulis di papan tulis sesuai dengan bagiannya. Terus sampai bagian 3 berakhir. Ada siswa yang menemukan AHAnya. Bu itu bersambung ya? Itu terusannya ya bu? Pertanyaan-pertanyaan seperti ini yang kutunggu-tunggu. Benar, merka dapat menemukan sendiri bahwa bagian-bagian tersebut adalah berkesinambungan satu sama lain, dan saya tekankan dengan menamainya JALAN CERITA.
Untuk bagian tokoh dan settingnya. Ini adalah hal termudahnya. Kami mereview bersama-sama, untuk menemukan tokoh-tokoh dan setting (tempat dan waktu) yang terdapat pada kisah tersebut. Anak-anak mudah melakukannya.
Nah udah selesai sekarang bagian pembuktian, benar gak tuh metode ini mampu membantu anak menceritakan kembali secara terstruktur. Pukul 09.00 – 10.00 saya berikan penjelasan yang di atas tadi, lalu kami mengisi bersama.
Jeda 3 jam, ketika pukul 13.00, anak-anak mulai menceritakan kembali dalam bentuk tulisan dengan memegang story mapping yang sudah kami isi bersama. Tiap ada anak yang bertanya, “Apa lagi bu? “setelah ini apa ya Bu?, saya selalu menjawabnya dengan “Lihat story mapnya” Mereka berhenti bertanya, lalu mulai menulis kembali. Saya ingat sekali, sebelum menggunakan metode ini, ketika mereka mencoba menceritakan kembali dalam bentuk tulisan, dan ternyata ada yang lupa, saya selalu mengulang bagian cerita yang mereka lupa. Bayangkan kalau 10 anak, saya harus menceritakan kembali lagi, wah bisa minum 2 galon deh. Pastinya metode ini sangat membantu guru, mengirit suara dalam menjelaskan.
Hasilnya, pertemuan pertama lumayan lah, ada 11 siswa mencapai -/+ 100 kata, dengan tingkat akurasi 80% , pertemuan berikutnya -+ 12 siswa mencapai 150 kata dan 3 orang mencapai 200 kata, dengan tingkat ketepatan (terstrukturnya 80%) tetap.
Yaa lumayanlah, tapi kalau pelajaran kali ini, siswa kurang menyukai, karena rata-rata siswa-siswiku, kurang menyukai menulis. Ketika mulai disuruh menuliskan kembali, jawabannya kompak “Yaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa     “ sambil cemberut.
He…..he……….



Tidak ada komentar:

Posting Komentar